Ahli Siber Peringatkan Penggunaan AI oleh Pelaku Hoaks Bantuan

JAKARTA, 16 Oktober 2025 – Para ahli keamanan siber menyampaikan peringatan serius terkait modus baru penipuan yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI). Pelaku kejahatan kini menggunakan teknologi AI untuk menciptakan konten hoaks (berita bohong) yang jauh lebih canggih dan meyakinkan, khususnya yang berkaitan dengan bantuan sosial (bansos) dan program pemerintah. Warga diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penipuan jenis ini.

Peringatan ini dikeluarkan mengingat tingginya minat masyarakat terhadap bantuan pemerintah, yang dimanfaatkan oleh pelaku untuk memanen data pribadi atau meminta transfer dana.

 

Modus Canggih Penipuan Berbasis AI

 

Ahli siber menjelaskan bahwa penggunaan AI membuat hoaks dan phishing menjadi lebih sulit dideteksi karena beberapa alasan:

  • Pembuatan Video Deepfake: Pelaku menggunakan teknologi deepfake untuk merekayasa video atau suara tokoh publik, seperti menteri atau pejabat daerah, seolah-olah mereka yang mengumumkan program bantuan palsu. Video ini terlihat sangat realistis.
  • Teks yang Lebih Meyakinkan: AI generatif digunakan untuk membuat pesan teks, email, atau chat penipuan yang memiliki tata bahasa sempurna dan narasi yang meyakinkan, menghindari kesalahan ejaan yang biasanya menjadi ciri khas penipuan tradisional.
  • Situs Phishing Personal: AI dapat digunakan untuk membuat situs web palsu yang lebih terpersonalisasi, meniru laman resmi pemerintah atau lembaga penyalur bantuan dengan akurasi tinggi.

 

Imbauan Waspada dari Ahli dan Pemerintah

 

Untuk mencegah jatuhnya korban, masyarakat diminta untuk selalu bersikap skeptis dan menerapkan langkah-langkah pencegahan berikut:

  1. Verifikasi Sumber Resmi: Selalu verifikasi informasi bantuan melalui saluran komunikasi resmi pemerintah, seperti situs web resmi kementerian, akun media sosial terverifikasi, atau kantor layanan publik. Jangan pernah percaya informasi yang hanya beredar di chat pribadi atau grup tanpa sumber jelas.
  2. Cek Unsur Keterdesakan: Modus hoaks seringkali menggunakan narasi yang memicu rasa terdesak (urgency), seperti “hanya berlaku hari ini” atau “kuota terbatas.” Ini adalah tanda bahaya.
  3. Jangan Berikan Data Sensitif: Instansi pemerintah tidak pernah meminta data sensitif seperti Password, PIN, atau kode OTP ( One-Time Password) melalui telepon, SMS, atau chat untuk pencairan bantuan.
  4. Laporkan Konten Mencurigakan: Jika menemukan video deepfake atau situs web yang mencurigakan, segera laporkan ke pihak berwenang atau Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) agar dapat segera diblokir.

Pemerintah dan aparat penegak hukum berjanji untuk terus memantau dan menindak tegas sindikat penipuan yang memanfaatkan AI untuk merugikan masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *