Anggota Baru Komunitas Pencinta Alam Bitung Dikeluarkan dari Grup Usai Video Kekerasan Senior Viral

Bitung, Sulawesi Utara — Seorang remaja berinisial AA (16 tahun) diusir dari grup WhatsApp komunitas pencinta alam di Bitung setelah video kekerasan yang dilakukan oleh seniornya dalam orientasi anggota baru viral di media sosial.

Menurut kuasa hukum keluarga korban, Bili Ladi, video tersebut sempat dibagikan di grup WA komunitas sebelum akhirnya tersebar lebih luas. Ketika video itu beredar, AA langsung dikeluarkan dari grup.‎

Kejadian itu memicu reaksi dari orang tua. Ibu AA, Nurdiyana, sempat menghubungi panitia kegiatan untuk meminta klarifikasi atas kekerasan yang dialami anaknya, namun panitia tidak merespons secara memadai. Ia lalu meminta lokasi pertemuan, tetapi ketika ditunggu berjam-jam tak ada pihak panitia yang datang. Akhirnya keluarga korban melaporkan kasus ini ke polisi.‎

Insiden kekerasan itu terjadi saat orientasi komunitas pencinta alam yang berlangsung di Gunung Dua Saudara, Kecamatan Ranowulu, Bitung pada 26–28 September 2025. Kegiatan diorganisir oleh Himpunan Penjelajah Alam Terbuka Spizaetus (Himpasus) Bitung.‎
Dalam video yang viral, nampak beberapa anggota baru ditampar dan ditendang oleh seniornya, terutama pada hari terakhir orientasi, yakni Minggu (28/9). Korban mengalami luka di wajah dan mulut akibat tindakan tersebut.‎

Pihak kepolisian Polres Bitung telah menerima laporan dari orang tua korban dan tengah menyelidiki dugaan kekerasan ini. Kasi Humas Polres Minahasa, Iptu Abdul Natip Anggai, menyampaikan bahwa AA dan beberapa anggota baru mengikuti orientasi selama tiga hari dan dugaan kekerasan berlangsung pada hari terakhir kegiatan.‎

Keluarga korban mengecam tindakan kekerasan sebagai tidak relevan dengan esensi organisasi pencinta alam, yang semestinya menumbuhkan rasa cinta, pelestarian alam, dan karakter positif terhadap junior. Kuasa hukum keluarga menegaskan bahwa “proses pengkaderan dengan kekerasan sama sekali tidak sejalan dengan pembangunan mental dan pemahaman mencintai alam.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *