JAKARTA, 13 Oktober 2025 – Harga emas dunia kembali mencetak sejarah, mencapai titik tertinggi sepanjang masa (All-Time High) di level sekitar US$4.059,30 per troy ounce. Lonjakan signifikan harga logam mulia ini didorong oleh gabungan faktor geopolitik yang memanas dan spekulasi pasar terkait arah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).
Emas Jadi Aset Safe Haven di Tengah Gejolak Global
Kenaikan tajam harga emas ini mencerminkan tingginya kebutuhan investor akan aset safe haven atau tempat berlindung yang aman. Meningkatnya tensi geopolitik di berbagai belahan dunia, termasuk eskalasi konflik di Timur Tengah serta ketidakpastian politik di Amerika Serikat terkait potensi government shutdown, telah memicu kecemasan di pasar keuangan global. Dalam situasi yang penuh risiko, investor secara serentak mengalihkan modal mereka dari aset berisiko (seperti saham) ke emas, yang secara tradisional dianggap sebagai penyimpan nilai yang andal di masa krisis.
Antisipasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed Kerek Harga
Selain faktor geopolitik, ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed menjadi pendorong utama. Meskipun The Fed belum memberikan sinyal pasti, pasar mulai memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga acuan dalam beberapa bulan mendatang.
Ekspektasi ini secara langsung berdampak positif pada harga emas karena dua alasan. Pertama, suku bunga yang lebih rendah membuat imbal hasil dari instrumen berbasis bunga seperti obligasi dan deposito menjadi kurang menarik. Kedua, pelonggaran kebijakan moneter biasanya melemahkan nilai tukar Dolar AS (USD). Mengingat emas dihargai dalam Dolar AS, pelemahan USD membuat emas lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya, yang secara efektif meningkatkan permintaan global dan mendongkrak harganya.
Permintaan Bank Sentral Tambah Momentum Bullish
Para analis juga menyoroti peran penting bank sentral global dalam reli harga ini. Beberapa bank sentral, khususnya dari negara-negara berkembang, terus melakukan aksi borong emas untuk mendiversifikasi cadangan devisa mereka. Pembelian institusional dalam volume besar ini secara berkelanjutan mengurangi pasokan emas yang tersedia di pasar, memberikan momentum bullish (tren naik) yang kuat bagi logam mulia tersebut.
Di pasar domestik, kenaikan harga emas global ini turut membuat harga emas Antam dan UBS di Indonesia ikut merangkak naik, mengikuti dinamika harga internasional dan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Para investor disarankan untuk memantau pergerakan harga komoditas ini dengan cermat.