IHSG Bangkit dan Dibuka Menguat di Tengah Sentimen Kenaikan BBM Non-Subsidi

JAKARTA, 14 Oktober 2025 – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound setelah ditutup melemah pada perdagangan kemarin. Pada awal sesi perdagangan hari ini, IHSG dibuka menguat dan bergerak di zona hijau.

IHSG dibuka melesat ke level 8.272,82, mencatatkan kenaikan sekitar 0,55% dari penutupan sebelumnya. Penguatan ini membawa indeks kembali mendekati level tertinggi sepanjang masanya (ATH). Pada sesi pembukaan, IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 8.284,91.

 

Sentimen Pendorong Pasar

 

Kenaikan IHSG ini didorong oleh beberapa faktor, salah satunya adalah ekspektasi rebound teknikal setelah koreksi yang terjadi pada perdagangan hari Senin. Selain itu, sentimen positif dari pasar regional, terutama meredanya tensi dagang global, juga turut mendukung pergerakan indeks.

Di sisi lain, penguatan ini terjadi bersamaan dengan kebijakan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi oleh sejumlah badan usaha hari ini.

 

Harga BBM Non-Subsidi Kompak Naik

 

Sejumlah Badan Usaha penyedia BBM, termasuk Pertamina dan Shell, resmi menaikkan harga pada beberapa produk non-subsidi mereka per 14 Oktober 2025.

  • Pertamina menaikkan harga Pertamina Dex menjadi Rp 14.000 per liter dan Dexlite menjadi Rp 13.700 per liter.
  • Shell kompak menaikkan harga untuk semua jenis bensinnya, dengan Shell Super menjadi Rp 12.890 per liter.

Kenaikan harga BBM ini dapat memicu kekhawatiran inflasi yang berpotensi menahan laju penguatan pasar saham lebih lanjut, terutama di sektor-sektor yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap biaya logistik.

 

Penutupan Sesi I

 

Sayangnya, meskipun dibuka cerah, pergerakan IHSG tidak mampu bertahan di zona hijau hingga penutupan sesi I. Indeks dilaporkan balik arah dan ditutup melemah 0,68% ke level 8.171,33 pada akhir sesi I. Pelemahan ini dipicu oleh aksi jual, terutama di sektor transportasi dan teknologi.

Para analis memperkirakan pergerakan pasar masih akan sideways atau berpotensi melanjutkan pelemahan di sesi kedua, meskipun sentimen positif jangka panjang tetap ada.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *