Natuna, 9 Oktober 2025 — Situasi di Laut Tiongkok Selatan (LTS) kembali menjadi fokus perhatian global setelah Indonesia sukses memimpin Latihan Militer Gabungan ASEAN (ASEAN Joint Military Exercise/AJMEX) terbesar dalam sejarah, yang baru saja ditutup di perairan sekitar Kepulauan Natuna.
Manuver di Tengah Klaim Kedaulatan
Latihan yang melibatkan lebih dari 5.000 personel dan puluhan kapal perang dari seluruh negara anggota ASEAN ini secara tegas mengirimkan sinyal persatuan dan kesiapan regional. AJMEX 2025 yang bertajuk “Solidarity in Sovereignty” ini berfokus pada skenario pertahanan maritim, patroli gabungan, serta operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) di wilayah yang rawan konflik, meskipun latihan tersebut diklaim tidak menargetkan negara tertentu.
Penutupan latihan ini bertepatan dengan laporan intelijen bahwa Tiongkok baru saja menempatkan kapal penjaga pantai berukuran besar di dekat Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di Laut Natuna Utara, yang secara tegas ditolak oleh Jakarta sebagai pelanggaran kedaulatan.
Respons Diplomatik Indonesia
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, dalam konferensi pers usai penutupan AJMEX, menekankan bahwa persatuan dan sentralitas ASEAN adalah kunci utama stabilitas kawasan.
“Kami tidak akan berkompromi pada masalah kedaulatan. Latihan ini adalah manifestasi dari komitmen kami dan mitra ASEAN untuk menjaga hukum internasional, khususnya UNCLOS 1982 (Konvensi PBB tentang Hukum Laut),” ujar Menlu Retno.
Para analis melihat langkah Indonesia ini sebagai upaya yang sangat hati-hati untuk menyeimbangkan ketegangan antara Tiongkok dan negara-negara Barat. Dengan menginisiasi latihan gabungan murni antar-anggota ASEAN, Indonesia berhasil memperkuat otonomi strategis kawasan tanpa menarik intervensi langsung dari kekuatan global di luar Asia Tenggara.