Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan peringatan keras kepada pengusaha properti untuk berhati-hati dalam mengelola perusahaan mereka, terutama dalam mengatur keuangan perusahaan. Peringatan ini muncul seiring dengan perhatian terhadap situasi beberapa perusahaan properti besar di China yang terjebak dalam masalah utang dan akhirnya menghadapi kebangkrutan. Jokowi bahkan memberi contoh salah satu perusahaan properti yang terjebak dalam utang mencapai Rp 4.400 triliun.
Jumlah utang tersebut, menurut Jokowi, melebihi anggaran belanja negara dalam APBN yang hanya sebesar Rp 3.061 triliun.
“Kita tahu bahwa tidak semua sektor properti di negara lain dapat bertahan, baik itu akibat dampak COVID-19 maupun aspek ekonomi lainnya. Di Republik Rakyat Tiongkok (China), kita telah melihat bagaimana ada perusahaan properti besar yang menghadapi kebangkrutan dan utangnya melebihi anggaran belanja negara kita, mencapai Rp 4.400 triliun rupiah. Ini adalah peringatan bagi kita,” kata Jokowi dalam acara Munas REI 2023 yang diadakan di Sheraton Hotel, Jakarta Selatan, pada Rabu (9/8/2023).
“Utang sebesar Rp 4.400 triliun rupiah. Apakah ada di antara kita yang menghadapi utang sebesar itu? Sekali lagi, saya tekankan bahwa kita perlu berhati-hati dalam hal ini, sehingga semuanya harus dikelola dengan bijak,” tegasnya.
Meskipun Jokowi mengakui bahwa perkembangan sektor properti di Indonesia merupakan hal positif, dia tetap ingin memberikan peringatan tentang risiko yang mungkin timbul, terutama di tengah perlambatan ekonomi global. Sebagaimana yang telah diketahui, sektor properti, real estat, dan konstruksi di Indonesia telah menjadi pilar ekonomi yang kuat, tangguh, dan kompetitif. Jokowi juga mengungkapkan bahwa kontribusi sektor properti terhadap perekonomian Indonesia dari tahun 2018 hingga 2022 mencapai angka antara Rp 2.300 hingga Rp 2.800 triliun setiap tahunnya.
“Angka ini sangat besar. Kontribusi sektor properti terhadap PDB kita mencapai 16%, angka yang sangat signifikan. Sektor ini juga memberikan pekerjaan bagi 13 hingga 19 juta orang dalam ekosistem Real Estate Indonesia (REI). Ini adalah dampak yang luar biasa,” papar Jokowi.
Jokowi juga menekankan bahwa tak heran banyak negara, termasuk Indonesia, memiliki fokus besar terhadap sektor properti sebagai bagian dari strategi pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan kontribusi sektor properti terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sangat tinggi, dan hal serupa juga terjadi di negara-negara lain.
“Alasan mengapa banyak negara ingin mendorong pertumbuhan ekonomi melalui sektor real estat dan properti adalah karena kontribusinya terhadap PDB sangat besar. Hal ini berlaku di seluruh dunia,” ungkap Jokowi.
Editor : Efrath Sihombing
Sumber : Detik