JAKARTA, 13 Oktober 2025 – Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) terpantau terkoreksi tipis pada pembukaan perdagangan hari ini. Pelemahan mata uang Garuda ini terjadi di tengah menguatnya Indeks Dolar AS (DXY) secara global, didorong oleh sentimen kehati-hatian investor di pasar keuangan dunia.
Pada pembukaan pasar spot hari ini, Rupiah sempat dibuka melemah sebesar 20 poin atau 0,12% ke level Rp16.590 per Dolar AS dari posisi penutupan sebelumnya. Koreksi ini berlanjut hingga sore hari di mana Rupiah ditutup melemah di posisi sekitar Rp16.573 per Dolar AS.
Faktor-Faktor Utama Pemicu Pelemahan Rupiah
Koreksi yang dialami Rupiah pada hari ini sebagian besar dipicu oleh faktor-faktor eksternal, terutama yang berasal dari Amerika Serikat.
1. Penguatan Kembali Indeks Dolar AS (DXY)
Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan Dolar terhadap enam mata uang utama dunia, kembali menguat setelah sempat melemah tajam pada akhir pekan lalu. Penguatan ini menarik kembali aliran dana global ke aset-aset aman (safe haven) seperti Dolar AS, sehingga menekan mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah.
2. Kekhawatiran Eskalasi Ketegangan Dagang AS-China
Sentimen utama yang memicu pelemahan adalah kekhawatiran yang kembali muncul mengenai eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meskipun ada pernyataan yang bernada lebih menenangkan dari pejabat AS, ketidakpastian arah kebijakan tarif dan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia ini masih tinggi. Kondisi ini membuat pelaku pasar cenderung mengambil posisi risk-off, yaitu menghindari risiko, dan memilih untuk memegang Dolar AS. Analis menilai, peningkatan perang tarif dipastikan memberikan sentimen negatif bagi Rupiah.
3. Pernyataan Pejabat The Fed (Faktor Hawkish)
Sebelumnya, pasar juga sempat dipengaruhi oleh pernyataan yang cenderung hawkish dari beberapa pejabat bank sentral AS, The Fed. Pernyataan hawkish mengindikasikan bahwa The Fed mungkin akan mempertahankan suku bunga acuannya di level tinggi lebih lama atau bahkan mempertimbangkan kenaikan, yang akan semakin memperkuat Dolar AS dan memberikan tekanan jual pada aset-aset berisiko (termasuk Rupiah).
Prediksi dan Prospek Pergerakan Rupiah ke Depan
Meskipun adanya tekanan dari sentimen global, beberapa faktor domestik dinilai masih menjadi penopang bagi stabilitas Rupiah. Data perdagangan China yang lebih kuat dari perkiraan, misalnya, sempat memberikan dukungan positif bagi Rupiah dan mata uang regional Asia lainnya.
Analis memprediksi pergerakan Rupiah pada pekan ini akan berada dalam rentang yang ketat, antara Rp16.520 hingga Rp16.650 per Dolar AS. Untuk jangka pendek, pergerakan mata uang Garuda akan sangat bergantung pada rilis data domestik mendatang, seperti rilis data utang luar negeri dan survei kegiatan dunia usaha dari Bank Indonesia. Namun, selama ketidakpastian global, khususnya terkait Dolar AS dan tensi geopolitik, masih berlanjut, Rupiah diproyeksikan akan terus bergerak dalam fase koreksi tipis.